Rapat, bukan rapat wangi, adalah aktivitas yang merupakan elemen penting dalam sebuah organisasi. Organisasi mulai yang paling kecil sampai yang paling besar, sejarang atau sesering apapun, bagaimanapun metodenya, pasti mengadakan rapat. Efektifitas atau kinerja sebuah organisasi kadang bisa dilihat dari efektifitasnya dalam mengadakan atau mengelola rapat. Makin handal organisasi dalam mengelola rapat, sedikit banyak akan berpengaruh dalam kinerja organisasi tersebut. Bagaimana sebetulnya ciri-ciri rapat yang efektif?
Detik-detik jelang dimulainya tahun ajaran baru tahun 2025 ini akan terasa istimewa bagi sebagian masyarakat Indonesia. Babak baru ini juga akan ditandai dengan diresmikannya program terobosan Presiden RI yaitu Sekolah Rakyat. Pihak yang mendukung, pihak yang menentang, maupun para calon siswa dan orang tua tentunya akan sangat menantikan akan seperti apa sekolah ini nantinya. Mengingat 200 lokasi yang akan dibuka tahun ini adalah rintisan yang bersifat sementara, tentunya banyak serpihan-serpihan penasaran akan wujudnya yang terlontar ke permukaan.
What I fear is doing nothing and losing everything
Lunafreya Nox Fleuret
“Oyaji san, kata Oka san aku harus pilih-pilih siapa yang akan menjadi teman dekatku, bukannya kita harus mau berteman dengan siapa saja?”, tanya si Jedi pada ayahnya. “Memangnya teman-teman dekatmu sekarang siapa saja kok Oka san bilang begitu?” “Ya si Jeki dan Jeqi”, jawabnya. Dua nama yang disebutkan itu memang anak-anak yang terkenal biang onar di kelasnya (karena konon sekarang banyak yang sensitif kalau menggunakan stempel nakal pada anak), bahkan guru mereka menjuluki mereka bertiga sebagai “Trio J” troublemaker di kelasnya. “Kalau teman-temanmu yang terkenal pintar siapa aja?” “Ada si Beri, Beki, dan Beqi”, sahut Jedi. “Dan Oka san pasti bilang kamu sebaiknya berteman dekat dengan mereka?” Jedi pun mengangguk.
Ayahnya Miskin, Ibunya miskin, anaknya tidak boleh miskin
Prabowo Subianto, Presiden RI
Gebrakan demi gebrakan dalam tahun pertama kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto terus lahir. Setelah sebelumnya digagas dan dipersiapkan, Instruksi Presiden Nomor 8 tahun 2025 telah secara resmi meneguhkan tekad Pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan (salah satunya) dengan mendirikan Sekolah Rakyat. Sekolah yang didirikan dengan cita-cita memuliakan orang miskin dan memutus mata rantai kemiskinan itu rencananya akan mulai beroperasi di tahun 2025 ini. Menteri Sosial Saifullah Yusuf mengatakan ada 53 bangunan yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia siap digunakan dan 65 lokasi yang ditargetkan dibangun tahun ini oleh Menteri Pekerjaan Umum, Dody Hanggodo. Presiden sendiri mencanangkan dalam wawancaranya bersama sejumlah pimpinan redaksi media untuk bisa mendirikan 200 sekolah rakyat di tahun ini.
Kemajuan zaman memang memiliki residunya, salah satunya adalah pergeseran dalam lapangan pekerjaan. Seiring bergeraknya roda modernisasi, lapangan pekerjaan yang menuntut porsi kerja pikir dibanding kerja fisik semakin banyak. Hal ini tampak semakin nyata di daerah perkotaan, terurama kota-kota besar. Lucunya adalah, semakin maju, biasanya tingkat stresnya juga makin tinggi. Mungkin ini sejalan dengan slogan di atas, “Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”. Salah satu efek samping dari berkurangnya porsi pekerjaan fisik adalah berkurangnya aktivitas fisik (yang benar) sehingga menimbulkan masalah-masalah kesehatan seperti obesitas, kebugaran yang menurun, dll. Di sisi lain, waktu dan tekanan kerja yang tinggi juga menyebabkan olahraga terpojokkan ke papan bawah klasemen aktivitas harian. Jika kita memang tidak bisa konsosten mengalokasikan waktu khusus secara rutin untuk olahraga, salah satu solusi alternatif untuk bisa tetap rutin berolahraga di tengah zaman serba statistik ini adalah dengan transportasi umum (transum).
Suatu hari di Madgar, mendadak Rafus Shanro, Wakil Direktur Utama Shanro mengadakan rapat direksi. Hampir seluruh tokoh penting perusahaan pembangkit listrik yang menguasai Madgar tersebut hadir, bahkan orang-orang yang hanya namanya yang pernah diketahui publik Seperti Lojo sang Direktur Riset, Metekker pemimpin Divisi Keamanan Publik, sampai Taseti si otak di balik rencana-rencana strategis Shanro. “Ayahku meminta kita semua berkumpul untuk sebuah agenda penting, yaitu pengintegrasian sistem kita”, sambut Rafus membuka rapat tersebut. Sontak seluruh direksi saling berpandangan mata mendengar kabar gembira tersebut, bukan karena kulit manggis kini ada ekstraknya, tetapi lebih terpancar aura kebingungan di antara mereka. Masing-masing dari mereka ternyata memiliki alasan kenapa mereka enggan bahkan cenderung takut melaksanakan integrasi tersebut.
Kemiskinan adalah adalah permasalahan pelik yang selalu dihadapi khususnya oleh negara berkembang, bahkan negara maju sekalipun. Problema kesejahteraan sosial ini menjadi penting karena jika tidak ditangani dengan baik akan rentan membuka pintu untuk masalah-masalah sosial lainnya yang akan berujung pada pelanggaran hukum. Sejak berdirinya negara ini, memajukan kesejahteraan umum telah menjadi salah satu tujuan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka mewujudkannya, Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk menangani dan mengentaskan Kemiskinan.
Kementerian Sosial Republik Indonesia, yang tugas utamanya adalah mengentaskan kemiskinan, selama ini dikenal dengan upayanya yaitu menyalurkan bantuan sosial kepada masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Dua jenis bantuan sosial yang paling besar anggarannya adalah Program Keluarga Harapan (PKH) dan Program Sembako. Terlepas dari kendala-kendala yang dihadapi di lapangan, kedua program ini dianggap cukup efektif sebagai jaring pengaman sosial yang bisa memperpanjang keberlangsungan hidup masyarakat miskin. Namun harus diakui, seberhasil apapun kedua program itu, mereka belumlah cukup untuk mengentaskan seseorang atau keluarga atau rumah tangga dari kemiskinan. Masih ada satu kepingan puzzle yang dibutuhkan saat seseorang sudah bisa dijaga keberlangsungan hidupnya agar kemudian dapat keluar dari jurang kemiskinan, yaitu kebutuhan untuk memfasilitasi para Keluarga Penerima Manfaat (KPM) agar berdaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri.
“That’s right boys. Gold can warm yer heart, but not yer body. Imagine my surprise when I found that out”, – Scrooge Mcduck-
Uang, siapa yang tak kenal barang ini? uang sudah menjadi bagian dari roda kehidupan kita. Hampir semua yang kita butuhkan perlu dibeli dengan uang. Tak sedikit pula orang yang menjadi gila karenanya dan mudah diperalat pula oleh uang. Dalam satu kesempatan, saya berkesempatan mendengarkan materi yang disampaikan oleh Pak Luhur Budijarso, seorang tokoh yang sudah malang melintang di dunia per-uang-an, baik di perbankan maupun dunia usaha. Menurut beliau, ada 4 sifat uang yang perlu kita perhatikan, hal ini penting agar kita dapat menggunakan uang sebagai alat tukar, bukan malah kita yang menjadi diperalat oleh uang. Berikut adalah sifat-sifat uang menurut beliau.
Di suatu sesetengah malam di sesepinggir jalan Ibukota, ketika sedang menikmati kesendirian sembari memandangi hal-hal yang memaksaku untuk merindukanmu, tiba-tiba hujan turun, tidak terlalu deras, namun tetaplah hujan. Di sela-sela hujan itu pengamen datang silih berganti, ada yang solo, berkelompok, modal suara doang sampai modal sound sistem. Dari sekian banyak pengamen itu tidak satupun yang menggugah hati untuk berpaling dari layar handphone yang berisi segala macam katalis kerinduan. Sampai ada satu orang yang membawa gitar, dia menyanyikan lagu yang entah kenapa tiba-tiba rasanya cocok saja dengan suasana hati saat itu. Akhirnya runtuh pula lah pertahanan dompet ini, dan keluarlah uang untuk diberikan pada pengamen tersebut. Setelahnya diri ini kembali disergap oleh rasa rindu sembari menunggu hujan reda.
“Asumsi itu membunuh,” sebuah tulisan di dinding sebuah kantor startup yang saat itu sedang naik daun. Dulu saya hanya memahami tulisan itu sebagaimana yang tertulis, bahkan cenderung skeptis, apa iya asumsi bisa membunuh. Ternyata makin ke sini makin paham bahwa bukan hanya tersurat, makna tersirat dari tulisan itu memang nyata.